Kementerian LHK Temukan 183 Hotspot di Indonesia, Terbanyak di Sulawesi Tengah (Senin, 25 November 2024)

Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 183 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 66 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Senin (25/11/2024) pukul 11.23 WIB. Dari 183 titik panas terdeteksi, 7 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 171 titik skala sedang, dan 5 titik skala rendah.

Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.

(Baca: Titik Panas Karhutla di Sumsel Bertambah pada Pertengahan Oktober 2023)

Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sulawesi Tengah sebanyak 49 titik. Papua Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 42 titik. Sulawesi Selatan berada di posisi ketiga sebanyak 22 titik panas.

Sebanyak 21 titik panas terdeteksi di Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur menyusul dengan 15 titik panas, serta Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara masing-masing memiliki 11 dan 8 titik panas terdeteksi.

Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.

Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.

(Baca: 55 Bencana Terjadi pada Tengah September 2023, Karhutla Mendominasi)