Mahasiswa Kedokteran Bunuh Diri, Apa Pemicunya?

Seorang peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ditemukan meninggal pada Senin (12/8/2024), diduga karena bunuh diri.

Menurut pemberitaan Antara, peserta PPDS tersebut meninggal akibat suntikan obat ke tubuhnya, dan jenazahnya ditemukan dalam kamar indekos yang terkunci.

(Baca: Alami Gejala Depresi, 3,3% Calon Dokter Spesialis Ingin Lukai hingga Bunuh Diri)

Kasus ini mengingatkan pada data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait kecenderungan bunuh diri di kalangan calon dokter spesialis.

Dari sekitar 12 ribu peserta PPDS yang diperiksa Kemenkes, sebanyak 399 orang (3,3%) merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun.

Tak hanya di Indonesia, menurut laporan riset Risks and Warning Signs for Medical Student Suicide Mortality (Februari 2024), fenomena serupa ditemukan di banyak negara.

Laporan itu menyatakan, "Mahasiswa kedokteran diketahui menghadapi banyak masalah kesehatan mental. Mahasiswa kedokteran tercatat memiliki tingkat pikiran dan perilaku bunuh diri yang tinggi."

Menurut laporan tersebut, dari 98 sampel kasus bunuh diri mahasiswa kedokteran yang diteliti, mayoritasnya terkait dengan faktor stres atau kegagalan akademis (59,2%).

Ada pula kasus yang terkait dengan perundungan atau pelecehan (20,4%), dan masalah hubungan personal (20,4%).

Data ini dihimpun dari sampel kasus bunuh diri mahasiswa kedokteran di lima negara, yakni Amerika Serikat, Kanada, Jepang, India, dan Bangladesh selama periode 1950-2022.

"Sudah ada banyak catatan bahwa stres dan kecemasan akibat studi akademis tersebar luas di kalangan mahasiswa kedokteran," dikutip dari laporan tersebut.

"Sekolah kedokteran mungkin memiliki peran penting dalam menurunkan angka kematian akibat bunuh diri di kalangan mahasiswanya, seperti melalui pemberian dukungan yang lebih baik, perubahan kurikulum, dan pengumpulan data yang tepat," lanjutnya.

Adapun Into the Light, komunitas edukasi pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa di Indonesia, menyarankan orang-orang yang memiliki keinginan bunuh diri agar menghubungi layanan kesehatan terdekat.

"Bertemu dengan psikolog/psikiater terdekat terbukti efektif dalam menangani krisis bunuh diri atau gangguan jiwa. Tidak hanya itu, tatap muka dengan profesional juga akan menjamin kerahasiaan informasi pribadi kamu," kata tim Into the Light di situs webnya.

"Salah satu cara termudah untuk mencari layanan kesehatan jiwa adalah dengan mengunjungi Puskesmas terdekat. Menurut data dari Kemenkes, kini sudah terdapat lebih dari 3.000 Puskesmas yang dilengkapi dengan layanan kesehatan jiwa," kata mereka.

(Baca: 87% Penderita Depresi di Indonesia Tidak Berobat)