Penulis: Nabilah Muhamad
Editor: Adi Ahdiat
19/6/2024, 10.12 WIB
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, dalam 22 pekan pertama tahun ini atau kisaran periode Januari-Maret 2024, tercatat ada 119.709 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.
Angka tersebut lebih tinggi dibanding kasus DBD pada periode sama tahun lalu yang jumlahnya 114.720 kasus.
Selama periode Januari-Mei 2024 Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus DBD terbanyak se-Indonesia, yakni 32.761 kasus.
Posisinya diikuti DKI Jakarta dengan 9.156 kasus, Jawa Timur 9.150 kasus, dan Jawa Tengah 8.012 kasus.
Kemenkes mencatat tidak ada laporan DBD di Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan hingga pekan ke-22 tahun ini.
Pada periode yang sama, Kemenkes melaporkan terdapat 777 kematian akibat DBD. Jawa Barat kembali jadi yang tertinggi dengan 227 kematian, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur masing-masing 162 dan 77 kematian.
Sementara, DKI Jakarta yang memiliki jumlah kasus DBD tertinggi kedua nasional, hanya mencatatkan 17 kematian.
"Saya lihat penanganannya di DKI Jakarta begitu terdeteksi DBD, orang langsung masuk opname, karena kalau disuruh pulang kami sulit untuk melakukan monitoring," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, dalam konferensi pers Peringatan ASEAN Dengue Day 2024, Jumat (14/6/2024).
Imran juga mengungapkan, datangnya musim kemarau akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk, karena nyamuk lebih sering menggigit saat suhu panas.
"Jadi kami dapat penelitian, waktu suhunya 25 derajat celsius, itu nyamuk menggigitnya 5 hari sekali. Tapi kalau suhunya naik 30, nyamuk akan menggigit dua hari sekali," kata Imran.
Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024.
Untuk mencegah kenaikan kasus DBD terutama pada musim kemarau mendatang, Kemenkes memiliki enam strategi nasional, seperti penguatan manajemen vektor yang efektif; peningkatan akses mutu; penguatan surveilans dengue; peningkatan pelibatan masyarakat; komitmen pemerintah, hingga pengembangan kajian sebagai dasar kebijakan program.
(Baca: Ada 3.875 Kasus DBD di DKI Jakarta per April 2024, Ini Tren Bulanannya)