Cukai Tembakau Lesu, Penerimaan Bea dan Cukai Medio Maret 2024 Turun

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, penerimaan kepabeanan dan cukai terkontraksi 3,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga pertengahan Maret 2024. Ini karena lesunya penerimaan cukai hasil tembakau.

Rinciannya, bea masuk sebesar Rp1,9 triliun pada 1-15 Maret 2024, turun dari sebelumnya Rp2 triliun. Secara akumulasi Januari-pertengahan Maret 2024, bea masuk terkumpul Rp9,9 triliun atau 17,3% dari target APBN.

Bea masuk didorong kenaikan impor, kurs rupiah terhadap dolar AS, dan peningkatan penerimaan bea masuk komoditas utama seperti beras dan banunan prapabrikasi.

Sementara itu bea keluar sebesar Rp0,5 triliun atau Rp500 miliar per 15 Maret 2024. Angka ini sebenarnya stagnan dari periode tahun sebelumnya. Secara akumulasi sejak Januari-Maret 2024, bea keluar mencapai Rp3,3 triliun atau 19% dari target APBN.

Bea keluar dipengaruhi oleh bea keluar komoditas tembaga, sebab adanya kebijakan relaksasi ekspor. Selain itu bea keluar sawit turun karena rerata CPO yang juga turun 13,9% (yoy) dan volume ekspor yang turun 15,8% (yoy) per 15 Maret 2024.

Terakhir, cukai yang sebesar Rp2,5 triliun per 15 Maret 2024. Angkanya turun tipis dari sebelumnya sebesar Rp2,6 triliun pada 2023. Secara akumulasi Januari-pertengahan Maret 2024, cukai sudah terkumpul Rp43,3 triliun atau 17,6% dari target APBN.

Penerimaan lesu disebabkan turunnya cukai hasil tembakau sebesar 6,5% (yoy) atau menjadi Rp41,7 triliun. Ini karena produksi yang rendah dan perubahan pola pelunasan yang jatuh tempo awal Januari 2024 menjadi Desember 2023.

Penerimaan cukai juga dipengaruhi cukai MMEA dan EA masing-masing Rp1,5 triliun dan Rp28 miliar, sejalan dengan pertumbuhan produksinya.

(Baca juga: Pendapatan Negara Turun Maret 2024, Surplus APBN Menyusut)