BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6% pada Desember 2023

Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI-Rate di level 6% pada Desember 2023.

Level ini masih menjadi rekor suku bunga tertinggi dalam empat tahun terakhir, seperti terlihat pada grafik.

Bank sentral juga tidak mengubah suku bunga deposit facility sebesar 5,25%, serta suku bunga lending facility 6,75%.

Menurut BI, keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, serta memastikan inflasi tetap terkendali di sasaran 2,5±1% pada 2024.

BI menyatakan, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Kebijakan makroprudensial longgar juga terus ditempuh untuk mendorong pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

BI memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh antara 4,5—5,3% pada 2023, kemudian naik ke kisaran 4,7—5,5% pada 2024.

Proyeksi tersebut sejalan dengan keyakinan konsumsi masyarakat yang kuat, dampak positif pelaksanaan pemilu, keberlanjutan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN), dan ekspektasi kenaikan investasi.

Sementara, BI memperkirakan ekonomi global tumbuh 3% pada 2023. Menurut BI, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India pada 2023 lebih baik dari proyeksi awal, karena ditopang konsumsi rumah tangga dan ekspansi pemerintah.

Di sisi lain, ekonomi China diproyeksikan melemah seiring terbatasnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi mereka.

Melansir laman bi.go.id, per hari ini bank sentral menggunakan nama "BI-Rate" sebagai pengganti "BI 7-Day Reverse Repo Rate" (BI7DRR) untuk memperkuat komunikasi kebijakan moneter.

Penggantian nama ini, menurut BI, tidak mengubah makna dan tujuan BI-Rate sebagai stance kebijakan moneter mereka. Operasionalisasinya tetap mengacu pada transaksi reverse repo Bank Indonesia tenor 7 (tujuh) hari.

(Baca: Proyeksi Ekonomi Baik, BI Tahan Suku Bunga 6% per November 2023)