Penulis: Vika Azkiya Dihni
Editor: Annissa Mutia
20/12/2021, 10.39 WIB
Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan Bank Indonesia (BI) mencatat, kebutuhan pembiayaan korporasi melambat pada November 2021. Hal ini tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan pembiayaan korporasi yang sebesar 14,8% pada bulan lalu, melambat dari SBT Oktober 2021 yang sebesar 16,7%.
Perlambatan tersebut terjadi pada beberapa sektor. SBT sektor pertanian tercatat melambat menjadi 1,5% pada November 2021. Selain itu, perlambatan juga terjadi pada sektor reparasi mobil dan motor, serta konstruksi. Hal itu dipengaruhi oleh menurunnya kegiatan operasional sejalan dengan lemahnya permintaan domestik dan ekspor.
Di sisi lain, ada sejumlah sektor yang terindikasi mengalami peningkatan kebutuhan pembiayaan pada November 2021. Sektor tersebut antara lain industri pengolahan, pertambangan, serta transportasi dan pergudangan.
Sebagian besar responden atau 84,9% beralasan kebutuhan pembiayaan meningkat untuk mendukung aktivitas operasional. Sementara itu 37,8% responden membayar kewajiban jatuh tempo. Sementara itu, 33,6% responden lainnya mengatakan pembiayaan untuk mendukung pemulihan domestik, 16% responden untuk mendukung aktivitas investasi, dan 5,9% responden untuk tujuan lainnya.
Berdasarkan sumber utama pemenuhan pembiayaan, sebagian besar responden masih mengandalkan pembiayaan yang bersumber dari dana sendiri atau laba ditahan sebesar 55,5%, meskipun sedikit melambat dibandingkan Oktober 2021, yakni 55,8%
Sumber lainnya dari penambahan pinjaman ke perbankan sebesar 10,1%, pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik, 8,4%, pinjaman dari perusahaan induk, 7,6%, penjualan aset tetap non-produktif 2,5%, serta sumber pembiayaan lainnya 15,1%.
Mayoritas atau 75,6% responden menyampaikan alasan pemilihan sumber pembiayaan terutama dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana. Sementara itu, sebanyak 16,8% responden beralasan biaya (suku bunga) yang lebih murah, 14,3% responden beralasan karena optimalisasi fasilitas eksisting, 7,6% responden beralasan menghindari risiko nilai tukar, 0,8% responden beralasan penurunan rating surat berharga perusahaan karena pandemi, dan 15,1% responden menyampaikan alasan lainnya.
(Baca: BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi Meningkat pada Oktober 2021)