Ekonomi Sulawesi Selatan menurut besaran produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 142,03 triliun pada kuartal III 2021. Sementara menurut besaran PDRB atas dasar harga konstan 2010, perekonomian provinsi tersebut tumbuh 3,24% menjadi Rp 89,1 triliun pada kuartal III 2021 dibanding kuartal III 2020 (year on year/yoy).
Pertumbuhan kuartal ketiga tahun ini melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 7,68% (yoy), tetapi lebih baik dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 1,1% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dari sisi lapangan usaha ditopang oleh tumbuhnya sektor pertanian sebesar 7,85% (yoy), sektor konstruksi 4,53% (yoy), dan sektor perdagangan besar dan eceran 3,22% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga sebesar 2,86% (yoy), komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 3,56% (yoy), dan komponen ekspor barang dan jasa 10,62% (yoy) menjadi pemicu tumbuhnya perekonomian provinsi tersebut.
Perekonomian Sulawesi Selatan sempat mengalami kontraksi dalam empat kuartal secara beruntun dari kuartal II 2020 hingga kuartal I 2021. Itu disebabkan munculnya pandemi Covid-19 membuat pemerintah melakukan pembatasan kegiatan sosial masyarakat untuk meredam penularan virus corona.
Imbasnya, hampir semua lini usah lumpuh membuat pendapatan masyarakat turun sehingga pengeluaran masyarakat juga berkurang. Namun, mulai kuartal II-2021 ekonomi mulai bangkit dan berada di area positif.