Jumlah penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun yang tidak memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (buta huruf) cenderung menurun dalam satu dekade terakhir. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), angka buta huruf di Indonesia tercatat sebesar 6,44% pada 2011.
Angka buta huruf di Indonesia terus menurun hingga 4,27% pada 2015. Setahun setelahnya, angka buta huruf di tanah air sempat naik menjadi 4,62%, namun kembali merosot hingga sebesar 3,62% pada 2020.
Berdasarkan jenis kelamin, angka buta huruf pada perempuan sebesar 4,92% pada 2020. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan angka buta huruf pada laki-laki yang mencapai 6,32%.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menilai, ada sejumlah faktor yang membuat tingkat buta huruf perempuan lebih tinggi. Salah satunya karena masih terbatasnya akses perempuan dalam mendapatkan pendidikan di sejumlah daerah.
Jika ditelusuri lebih lanjut, terutama di desa, mayoritas dari perempuan tersebut adalah ibu rumah tangga. Atas dasar itu, Kemendikbud telah mewacanakan untuk mendekatkan para ibu rumah tangga di desa ke bidang kewirausahaan pada 2018.
Dengan pendekatan tersebut, ibu-ibu dapat berjualan makanan atau kerajinan daerah. Cara ini diharapkan akan mendorong minat mereka dalam belajar huruf dan angka. Selain itu, para ibu rumah tangga di desa bisa menghasilkan uang tambahan dari kegiatan kewirausahaan.