Penulis: Viva Budy Kusnandar
9/8/2019, 20.09 WIB
Meningkatnya ketidakpastian global seiring berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok membuat harga emas semakin berkilau. Selain itu, emas kini telah menjadi salah satu komoditas untuk berinvestasi dan menjadi aset safe haven serta dianggap lebih aman dari tekanan inflasi.
Menurut data World Gold Council, permintaan emas Indonesia untuk perhiasan meningkat 8,6% menjadi 41,9 ton pada 2018. Jumlah tersebut berada di urutan ke enam sebagai negara dengan permintaan emas terbesar dunia di bawah Rusia. Sebagai informasi, permintaan emas global untuk perhiasan pada tahun lalu tumbuh 0,2% menjadi 2.241,3 ton dibanding tahun sebelumnya. Tiongkok tercatat sebagai negara dengan permintaan emas terbesar untuk perhiasan, yakni mencapai 686,3 ton. Sejak 2012, permintaan emas Negeri Tirai Bambu mengalahkan India.
Pada perdagangan, Kamis (8/8/2019) harga emas untuk kontrak satu bulan ke depan ditutup di level US$ 1.509,5/troy ounce, naik 17,8% dibanding posisi akhir tahun lalu di US$ 1.281,3/troy ounce. Sementara harga emas di situs logammulia pada Jumat (9/8/2019) Rp 720 ribu/gram.
(Baca Databoks: Musim Pernikahan di India Kerek Harga Emas?)