15/5/2017, 11.49 WIB
Serangan siber yang menyerang sistem informasi dan komunkasi (ICT) memberi dampak negatif bagi para korban baik perusahaan maupun perorangan. Sebuah riset dari International Data Corporation (IDC) menyebutkan, dampak terbesar serangan siber bagi perusahaan adalah kehilangan pendapatan, disusul oleh kehilangan kesempatan bisnis, dan juga kehilangan pelanggan perusahaan itu sendiri. Kabar terbaru, di Indonesia, serangan siber besar ditujukan ke rumah sakit seperti Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais di Jakarta.
Menurut rilis Kementerian Kominfo, serangan siber yang menyerang Indonesia dan beberapa negara lainnya ini berjenis ransomware. Ransomware adalah jenis malware yang berkembang paling pesat saat ini. Malware ini secara otomatis akan mengunci sistem komputer dan data perusahaan atau pribadi yang diserang. Para peretas memanfaatkan kondisi tersebut untuk memeras para penggguna. Mereka akan meminta tarif tebusan khusus untuk mengembalikan komputer dan data tersebut seperti semula. Dalam sejumlah kasus yang terjadi sebelumnya, para peretas biasanya meminta tebusan dalam bentuk bitcoin dengan kisaran harga US$300–US$30.000.
(Baca Databoks: Nilai Tukar Bitcoin Capai Rekor Tertinggi Baru)